Ayo Membantu Teman yang Bermasalah dengan Menjadi Peer Conselor
Halo temen-temen semua, apa kabar kalian? Semoga selalu baik-baik saja kapan dan dimanapun kalian berada, walaupun banyak deadline tugas di setiap harinya hehe.
Di artikel ini, saya akan membahas tentang Bimbingan Sebaya.
Ini semua tentu dilatar belakangi oleh teman-teman sebaya kita yang membutuhkan seorang teman untuk mencurahkan isi hati mereka, membantu menemukan solusi permasalahan mereka, dan memberikan semangat untuk semua teman sebaya kita yang memiliki konflik dalam kehidupannya.
Dari penjelasan singkat ini, sudah mewakili definisi dari Peer Counseling atau Konseling Teman Sebaya.
Oh iya, sebelumnya perlu saya sampaikan ke temen-temen, kalau apa yang saya tulis di sini, berdasarkan pengetahuan saya setelah mendapatkan materi dari Pelatihan Pembimbing Sebaya Mahasiswa yang diadakan di kampus saya.
Di sini kita sama sama belajar, jadi silahkan ketika kalian memiliki sanggahan ataupun tambahan, temen-temen bisa langsung berkomentar di bawah, ataupun mengirim pesan ke saya melalui menu kontak.
Kita kembali lagi ke pembahasan, Peer Counseling atau Pembimbing Teman Sebaya merupakan para konselor yang memang orang-orang terpilih (dalam lingkup akademik seperti siswa / mahasiswa pilihan) yang sudah mendapatkan pelatihan tentang bagaimana cara menjadi seorang konselor bagi teman-teman sebayanya. Biasanya mereka dipilih oleh pihak dari suatu lembaga, seperti lembaga pendidikan (sekolah atau kampus), lembaga pemerintahan (dinas kesehatan), dan sebagainya.
Lalu, apa gunanya saya menulis artikel ini jika seorang Peer Counseling adalah orang-orang pilihan? Jawabannya adalah, agar kalian semua selaku pembaca, minimal bisa mengetahui bagaimana cara kalian menyikapi teman kalian yang memiliki masalah.
Banyak sekali temen-temen kita yang suka bullying, mungkin mereka tidak mengerti bagaimana perasaan seseorang setelah di bully, ya mungkin wajah mereka terlihat biasa namun hati dan pikiran mereka yang merasakannya.
Di sini, kita akan berbicara banyak mengenai remaja, sebelumnya perlu kita ketahui, bahwa menurut penelitian Buhrmester (Santrock, 2004:414) : "Pada masa remaja, kedekatan hubungan teman sebaya meningkat drastis, dan hubungan dengan orang tua akan menurun drastis." Artinya, seorang remaja akan lebih seing berhubungan dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tuanya.
Nah, di sinilah peran kita sebagai remaja, untuk menjadi tempat curahan isi hati teman-teman sebaya kita, dan membantu menemukan solusi dari permasalahan yang mereka alami.
Perlu di ingat, bahwa hal ini tentunya juga harus diperhatikan kerahasiaannya, jadi biasakanlah untuk menjadi pribadi yang bisa menjaga rahasia orang lain.
Terkadang ada juga seseorang yang bukan memberi solusi malah membully temannya yang sedang mengalami masalah, orang yang seperti ini tidak layak untuk ditiru, mari kita bantu menyadarkan orang-orang seperti ini agar mengurangi kasus bullying di Indonesia.
Mungkin saja banyak terjadi kasus bullying di luar sana yang tidak terjangkau oleh media, oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita pasti bisa menjaga kerukunan dan keguyuban sesama dengan menghilangkan budaya bullying.
Agar dapat menyikapi teman sebaya yang sedang bermasalah, kita harus mengetahui apa saja masalah yang seing terjadi di remaja, terutama pada Mahasiswa.
Masalah yang terjadi dalam seorang Mahasiswa, antara lain :
Tentu seorang mahasiswa tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas dari dosen, namun banyak juga dari mereka yang mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi di kampus mereka, tentu hal ini harus dilakukan dengan membagi waktu yang tepat, jika merka tidak bisa membagi waktu dengan benar, maka salah satu tanggung jawab mereka akan terkorbankan, mendapatkan IPS yang turun karena terlalu fokus organisasi misalnya.
Selain manajemen waktu, ada juga Resiliensi atau Daya Juang Rendah, terkadang ada mahasiswa yang bersifat relisiensi, sebagai contoh ketika mereka mengetahui ada tugas kuliah, tapi karena merasa tidak suka dengan mata kuliah tersebut, mereka hanya mengandalkan jawaban dari teman-temannya, tanpa mencoba berjuang sendiri untuk mendapatkan jawaban dari tugas kuliah yang telah diberikan.
Nah, seperti yang saya katakan tadi, tentang relisiensi.
Jika seorang mahasiswa memiliki kepribadian yang buruk seperti relisiensi misalnya, maka tentu saja mereka akan memiliki masalah akademik, yang mana hal ini tentu akan mengganggu tercapainya masa depan cerah mereka.
Di sini, konselor harus bisa menjadi penyemangat agar mereka dapat lebih semangat dalam menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.
Bayangkan jika banyak mahasiswa yang seperti ini, tentu kita akan merasa kasihan terhadap orang tuanya yang sudah mengeluarkan banyak biaya, namun anaknya lulus tidak mendapatkan apa-apa karena kurang semangat dalam menempuh pendidikan, dengan alasan salah jurusan.
Lalu bagaimana cara kalian selaku bukan konselor/hanya teman sebaya biasa?
Kalian juga bisa memberikan semangat seperti halnya seorang konselor, dan jika masalah kompleks, silahkan kalian beritahu seorang konselor di sekitar kalian agar mereka yang akan menindak lanjutinya.
Bedanya seorang konselor akan melakukan hal tersebut dengan beberapa teknik, dan tentunya jika masalah konseling sudah kompleks, konselor akan merujuknya ke Konselor Ahli, BK Kampus misalnya.
Perlu kalian ketahui, sebagai seorang konselor, harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap konseling.
Sehingga akan lebih mudah menemukan teman sebaya yang memiliki masalah namun belum berani bercerita ada berbagi dengan siapapun.
Nah, dengan seperti ini, tentu teman dekatnya yang akan berpeluang tinggi untuk menjadi tempat pilihan untuk menerima curahan hati temannya yang sedang bermasalah.
Berbicara mengenai teman, tentu kita harus pandai-pandai dalam mencari teman.
Menurut penelitian selama 3 dekade oleh Williard Hartup. Seorang sahabat dapat menjadi sumber konitif dan emosi sejak kanak-kanak sampai dengan masa tua.
Jadi, seorang teman tentu akan mempengaruhi kepribadian kita, seorang teman yang dapat menjaga rahasia adalah pilihan yang tepat untuk kita memiliki tempat menuangkan pikiran dan beban karena mereka dapat dipercaya.
Selain Peer Counseling, kita juga harus mengenal Peer Conselor.
Peer Conselor hanya berupa teman curhat, sedangkan Peer Counseling adalah orang-orang pilihan yang sudah terlattih dan akan menggunakan teknik komunikasi yang baik saat melayani Konseli Teman Sebaya (Teman sebaya yang memiliki masalh).
Ketika kalian memiliki teman yang introvert, hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya mereka bersifat introvert, hanya saja mereka cenderung introvert.
Jadi mereka juga bisa bersifat ekstrovert, namun sedikit presentasenya.
Dan sebenarnya, Kepribadian seperti ini bisa dirubah. Misalnya dengan membaca buku yang berjudul Personality Plus (bisa kalian cari di toko buku) yang berguna untuk membantu seseorang agar bisa berkomunikasi dan berinteraksi lebih baik dengan orang lain.
Jika kalian memiliki teman yang introvert, maka agar kalian bisa mengetahui apa permasalahanya, jadilah temannya terlebih dahulu, dimulai mendekatinya namun tidak berlebihan (menghindari baper hehe).
Ketika sudah menjadi temannya (baik introvert maupun extrovert), jadilah orang yang dapat dipercaya, agar mereka mau menceritakan semua permasalahan yang mereka alami.
Sedikit catatan, jika kalian adalah seorang konselor, maka kalian harus :
1. Mudah dipercaya
2. Harus supel, dengan mengenal banyak orang misalnya
3. Memiliki kepribadian yang baik
4. Tidak bermasalah
5. Dan mengikuti pelatihan sebagai konselor.
Jadi, mari kita semua bisa menjadi orang ketiga yang dapat menyelesaikan permasalah-permasalah yang dialami oleh teman sebaya kita, namun sebelumnya juga perlu diingat bahwa kita juga harus menyelesaikan permasalahan yang sedang kita alami.
Dengan menghentikan budaya Bullying, akan membantu mereka yang bermasalah lebih mudah dalam mencari jalan keluar dari permasalah tersebut.
Di artikel ini, saya akan membahas tentang Bimbingan Sebaya.
Ini semua tentu dilatar belakangi oleh teman-teman sebaya kita yang membutuhkan seorang teman untuk mencurahkan isi hati mereka, membantu menemukan solusi permasalahan mereka, dan memberikan semangat untuk semua teman sebaya kita yang memiliki konflik dalam kehidupannya.
Dari penjelasan singkat ini, sudah mewakili definisi dari Peer Counseling atau Konseling Teman Sebaya.
Oh iya, sebelumnya perlu saya sampaikan ke temen-temen, kalau apa yang saya tulis di sini, berdasarkan pengetahuan saya setelah mendapatkan materi dari Pelatihan Pembimbing Sebaya Mahasiswa yang diadakan di kampus saya.
Di sini kita sama sama belajar, jadi silahkan ketika kalian memiliki sanggahan ataupun tambahan, temen-temen bisa langsung berkomentar di bawah, ataupun mengirim pesan ke saya melalui menu kontak.
Kita kembali lagi ke pembahasan, Peer Counseling atau Pembimbing Teman Sebaya merupakan para konselor yang memang orang-orang terpilih (dalam lingkup akademik seperti siswa / mahasiswa pilihan) yang sudah mendapatkan pelatihan tentang bagaimana cara menjadi seorang konselor bagi teman-teman sebayanya. Biasanya mereka dipilih oleh pihak dari suatu lembaga, seperti lembaga pendidikan (sekolah atau kampus), lembaga pemerintahan (dinas kesehatan), dan sebagainya.
Lalu, apa gunanya saya menulis artikel ini jika seorang Peer Counseling adalah orang-orang pilihan? Jawabannya adalah, agar kalian semua selaku pembaca, minimal bisa mengetahui bagaimana cara kalian menyikapi teman kalian yang memiliki masalah.
Banyak sekali temen-temen kita yang suka bullying, mungkin mereka tidak mengerti bagaimana perasaan seseorang setelah di bully, ya mungkin wajah mereka terlihat biasa namun hati dan pikiran mereka yang merasakannya.
Di sini, kita akan berbicara banyak mengenai remaja, sebelumnya perlu kita ketahui, bahwa menurut penelitian Buhrmester (Santrock, 2004:414) : "Pada masa remaja, kedekatan hubungan teman sebaya meningkat drastis, dan hubungan dengan orang tua akan menurun drastis." Artinya, seorang remaja akan lebih seing berhubungan dengan teman-temannya dibandingkan dengan orang tuanya.
Nah, di sinilah peran kita sebagai remaja, untuk menjadi tempat curahan isi hati teman-teman sebaya kita, dan membantu menemukan solusi dari permasalahan yang mereka alami.
Perlu di ingat, bahwa hal ini tentunya juga harus diperhatikan kerahasiaannya, jadi biasakanlah untuk menjadi pribadi yang bisa menjaga rahasia orang lain.
Terkadang ada juga seseorang yang bukan memberi solusi malah membully temannya yang sedang mengalami masalah, orang yang seperti ini tidak layak untuk ditiru, mari kita bantu menyadarkan orang-orang seperti ini agar mengurangi kasus bullying di Indonesia.
Mungkin saja banyak terjadi kasus bullying di luar sana yang tidak terjangkau oleh media, oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita pasti bisa menjaga kerukunan dan keguyuban sesama dengan menghilangkan budaya bullying.
Agar dapat menyikapi teman sebaya yang sedang bermasalah, kita harus mengetahui apa saja masalah yang seing terjadi di remaja, terutama pada Mahasiswa.
Masalah yang terjadi dalam seorang Mahasiswa, antara lain :
1. Masalah Pribadi
Misalnya, kesulitan dalam memanajemen waktu.Tentu seorang mahasiswa tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas dari dosen, namun banyak juga dari mereka yang mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi di kampus mereka, tentu hal ini harus dilakukan dengan membagi waktu yang tepat, jika merka tidak bisa membagi waktu dengan benar, maka salah satu tanggung jawab mereka akan terkorbankan, mendapatkan IPS yang turun karena terlalu fokus organisasi misalnya.
Selain manajemen waktu, ada juga Resiliensi atau Daya Juang Rendah, terkadang ada mahasiswa yang bersifat relisiensi, sebagai contoh ketika mereka mengetahui ada tugas kuliah, tapi karena merasa tidak suka dengan mata kuliah tersebut, mereka hanya mengandalkan jawaban dari teman-temannya, tanpa mencoba berjuang sendiri untuk mendapatkan jawaban dari tugas kuliah yang telah diberikan.
2. Masalah Akademik
Prestasi menurun, Drop Out (DO), Kuliah Abadi, dan bolos kuliah.Nah, seperti yang saya katakan tadi, tentang relisiensi.
Jika seorang mahasiswa memiliki kepribadian yang buruk seperti relisiensi misalnya, maka tentu saja mereka akan memiliki masalah akademik, yang mana hal ini tentu akan mengganggu tercapainya masa depan cerah mereka.
3. Masalah Sosial
Masalah sosial yang dialami seorang mahasiswa biasanya dalam bentuk susah bergaul atau bersosialisasi, ya memang tidak semua mahasiswa yang mengalami hal ini, namun jika ada teman kita yang mengalamiya, alangkah baiknya sering-sering diajak berkomunikasi, mengikuti kegiatan-kegiatan, agar mereka bisa lebih bisa memahami manfaat dari bersosialisasi.4. Karir
Tentu tidak semua mahasiswa yang sudah memiliki bayangan ke depannya, apalagi mereka yang merasa salah jurusan.Di sini, konselor harus bisa menjadi penyemangat agar mereka dapat lebih semangat dalam menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.
Bayangkan jika banyak mahasiswa yang seperti ini, tentu kita akan merasa kasihan terhadap orang tuanya yang sudah mengeluarkan banyak biaya, namun anaknya lulus tidak mendapatkan apa-apa karena kurang semangat dalam menempuh pendidikan, dengan alasan salah jurusan.
Lalu bagaimana cara kalian selaku bukan konselor/hanya teman sebaya biasa?
Kalian juga bisa memberikan semangat seperti halnya seorang konselor, dan jika masalah kompleks, silahkan kalian beritahu seorang konselor di sekitar kalian agar mereka yang akan menindak lanjutinya.
Bedanya seorang konselor akan melakukan hal tersebut dengan beberapa teknik, dan tentunya jika masalah konseling sudah kompleks, konselor akan merujuknya ke Konselor Ahli, BK Kampus misalnya.
Perlu kalian ketahui, sebagai seorang konselor, harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap konseling.
Sehingga akan lebih mudah menemukan teman sebaya yang memiliki masalah namun belum berani bercerita ada berbagi dengan siapapun.
Nah, dengan seperti ini, tentu teman dekatnya yang akan berpeluang tinggi untuk menjadi tempat pilihan untuk menerima curahan hati temannya yang sedang bermasalah.
Berbicara mengenai teman, tentu kita harus pandai-pandai dalam mencari teman.
Menurut penelitian selama 3 dekade oleh Williard Hartup. Seorang sahabat dapat menjadi sumber konitif dan emosi sejak kanak-kanak sampai dengan masa tua.
Jadi, seorang teman tentu akan mempengaruhi kepribadian kita, seorang teman yang dapat menjaga rahasia adalah pilihan yang tepat untuk kita memiliki tempat menuangkan pikiran dan beban karena mereka dapat dipercaya.
Selain Peer Counseling, kita juga harus mengenal Peer Conselor.
Peer Conselor hanya berupa teman curhat, sedangkan Peer Counseling adalah orang-orang pilihan yang sudah terlattih dan akan menggunakan teknik komunikasi yang baik saat melayani Konseli Teman Sebaya (Teman sebaya yang memiliki masalh).
Ketika kalian memiliki teman yang introvert, hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya mereka bersifat introvert, hanya saja mereka cenderung introvert.
Jadi mereka juga bisa bersifat ekstrovert, namun sedikit presentasenya.
Dan sebenarnya, Kepribadian seperti ini bisa dirubah. Misalnya dengan membaca buku yang berjudul Personality Plus (bisa kalian cari di toko buku) yang berguna untuk membantu seseorang agar bisa berkomunikasi dan berinteraksi lebih baik dengan orang lain.
Jika kalian memiliki teman yang introvert, maka agar kalian bisa mengetahui apa permasalahanya, jadilah temannya terlebih dahulu, dimulai mendekatinya namun tidak berlebihan (menghindari baper hehe).
Ketika sudah menjadi temannya (baik introvert maupun extrovert), jadilah orang yang dapat dipercaya, agar mereka mau menceritakan semua permasalahan yang mereka alami.
Sedikit catatan, jika kalian adalah seorang konselor, maka kalian harus :
1. Mudah dipercaya
2. Harus supel, dengan mengenal banyak orang misalnya
3. Memiliki kepribadian yang baik
4. Tidak bermasalah
5. Dan mengikuti pelatihan sebagai konselor.
Jadi, mari kita semua bisa menjadi orang ketiga yang dapat menyelesaikan permasalah-permasalah yang dialami oleh teman sebaya kita, namun sebelumnya juga perlu diingat bahwa kita juga harus menyelesaikan permasalahan yang sedang kita alami.
Dengan menghentikan budaya Bullying, akan membantu mereka yang bermasalah lebih mudah dalam mencari jalan keluar dari permasalah tersebut.