17 Teknik Dasar dalam Komunikasi Konseling

Oke temen-temen, sekarang saatnya saya mencoba untuk menulis ulang materi yang saya dapatkan saat mengikuti Pelatihan Bimbingan Sebaya Mahasiswa.

Mungkin kalian belum pernah mendengarnya, namun saat kita baca nama pelatihannya, maka kalian akan mengerti sendiri.

Yap, Pelatihan Bimbingan Sebaya Mahasiswa ini bertujuan agar peserta pelatihan mampu untuk menjadi konselor dari teman-teman sebayanya yang sedang mengalami masalah.

Namun dari pengalaman saya sendiri selaku perserta, tidak cukup jika hanya dilakukan satu kali pelatihan, sehingga penyelenggara Pelatihan Bimbingan Sebaya Mahasiswa juga membentuk organisasi BimBaSi (Bimbingan Pelatihan Sebaya) guna memberikan ilmu konseling yang lebih dalam kepada para peserta.

17 Teknik Dasar dalam Komunikasi Konseling
Sumber : pixabay.com
Sebelum direkrut menjadi anggota BimBaSi, para peserta mendapatkan berbagai materi salah satunya adalah Teknik dasar dalam Komunikasi Konseling.

Mari, tanpa basa-basi lagi, kita simak rangkuman materi dari pelatihan yang saya ikuti tersebut.

1. Komunikasi sangat diperlukan, jangan sampai berniat menolong tapi ternyata tidak sesuai yang diharapkan, karena kurangnya komunikasi.

Saat pelatihan, pemateri memutar sebuah iklan dalam bentuk video seperti di atas, namun hanya satu iklan saja.

Video di atas menayangkan lebih dari satu iklan dari produk yang sama, yaitu coklat Jeep.

Singkat cerita, setelah video tersebut diputar, para peserta diajak untuk menyimpulkan apa makna dari video tersebut.

Setelah kalian melihat video di atas, apakah kalian sudah mengetahui maknanya?

Bagus, dai video di atas, kita melihat bahwa ada kesalahan dalam cara berkomunikasi para tokoh.

Dibuktikan dengan adanya seorang pemuda yang mengira bahwa ada seorang pria membutuhkan bantuan untuk mendorong mobil ke dalam jurang.

Memang 'niat' dari seorang pemuda ini baik, namun jika tidak sesuai dengan kondisinya, maka 'niat' yang awalnya bernilai bak, maka akan menjadi bernilai buruk.

Seperti halnya ketika kalian memakan sate di dalam bus, lalu melihat teman sebelah kalian ada yang ingin muntah.

Apa yang kalian lakukan? Jika kalian menawarkan sate ke teman kalian tersebut, tentu akan ditolak.

Tetapi jika kalian menawarkan kresek (plastik) ke teman kalian tersebut, tentu akan diterima.

Walaupun sate lebih enak dan lebih mahal dibandingkan kresek.

Oleh karena itu, hal ini dapat diatasi dengan adanya komunikasi.

Jika teman kalian tadi tidak bilang kalau ingin muntah, tentu tidak salah jika kalian menawarkan sate. Namun, jika sebaliknya, maka kepekaan kalian yang harus diperbaiki.

2. Ketika Anda berkomunikasi, akan terjadi yang namanya pertukaran pesan yang akan mempengaruhi perilaku seseorang.

Komunikasi efektif akan menghasilkan 5 hal, yakni :
1. Pengertian (Memperoleh maksud dari pesan yang disampaikan).
2. Munculnya kesenangan.
3. Pengaruh pada sikap.
4. Hubungan yang makin baik (tidak malah berteengkar). Jika komunikan (orang yang menerima pesan / orang yang diajak berkomunikasi) malah tidak suka, artinya komunikasi kurang efektif.
5. Tindakan.

Ketika kita dengan teman yang hendak mencurahkan isi hatinya kepada kita (maaf dalam hal ini bukan perasaan cinta, jadi jangan baper hehe), maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Kita harus mencoba untuk menjadi pendengar yang baik dan sebaiknya kita sampaikan bahwa kita faham apa yang dia sampaikan tadi. Jadi, yang bekerja adalah telinga, mata, gestur tubuh, dan pikiran.

Sekarang kita sudah sampai pembahasan intinya, mari kita lanjut membaca, apa saja Teknik Dasar dalam Komunikasi Konseling. Berikut penjelasannya :

Teknik Dasar Komunikasi

1. Opening (Pembukaan)
Teknik untuk membuka atau memulai komunikasi. Menyambut kehadiran klien dan membicarakan topik netral.

Seperti menjawab salam, mempersiapkan duduk, dll. Jika opening jelek, bisa saja membuat klien menutup dan tidak mau membicarakan permasalahannya.

Sebagai contoh sederhana, misalnya ketika ada siswa yang hendak berkonsultasi ke ruang BK, namun seorang guru BK yang membuka obrolan dengan dengan kalimat "Kamu ngapain ke sini, kamu lagi-kamu lagi." Otomatis siswa atau klien akan merasa sungkan dan merasa bahwa keberadaannya itu mengganggu si konselor atau guru BK tadi, padahal sebenarnya dia ingin mencurahkan semua permasalahannya.

Perlu kalian ketahui temen-temen, bahwa kesan pertama akan menentukan apakah klien akan lanjut terus berkonsultasi dengan konselor atau malah kabur.

Jadi, selalu berikan kesan yang terbaik terhadap klien, agar klien merasa nyaman dan pecaya dengan kalian, karena hal kepercayaan klien lah yang dibutuhkan oleh seorang konselor.

2. Aceptelance (Penerimaan)
Teknik untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien.

Contohnya angguan kepala, mengucapkan "ooooo", dll.

Dengan demikian, klien akan merasa bahwa kalian sebagai konselor sudah mengerti apa saja yang telah klien ceritakan.

Bayakangkan jika kalian menjadi klien namun konselor tidak mengerti maksud kalian, padahal kalian sudah bercerita panjang lebar, tentu akan memberikan kesan yang buruk bagi konselor.

3. Klarifikasi
Teknik untuk memperjelas dan mengungkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.

Sebagai contoh, lihat percakapan berikut:

Klien : "Saya ini tidak suka dengan si A"
Konselor : "Tidak sukanya karena apa?"

Dari dialog di atas, menunjukkan bahwa jika konselor mencoba untuk mengklarifikasi karena pesan yang disampaikan oleh klien masih kurang jelas.

Note : Dari pengalaman pemateri, konseling paling lama 3,5 jam. Hal ini tentu dikarenakan konselor mampu untuk membuat klien membuka diri sehingga klien merasa nyaman.

4. Restatement
Teknik untuk mengulang atau menyatakan kembali pernyataan klien (sebagian atau seluruhnya) yang dianggap penting.

Misal kondisinya adalah klien telah bercerita bahwa permasalahannya mengenai finansial dan cara didik orang tuanya, maka konselor bisa memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk mengulang pernyataan klien yang dianggap penting, misalnya : "Berarti kamu memiliki masalah dalam perekonomian dan tidak menyukai cara didik dari orang tuamu ya?"

Dengan seperti ini, tentu sebagai konselor bisa lebih tepat dalam memberikan solusi yang tidak menyesatkan.

5. Reflection of Feeling
Teknik untuk memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan klien.

Agar lebih mudah dipahami, silahkan kalian lihat percakapan di bawah ini :

Klien : "Dari apa yang saya alami, menurut saya orang itu menyebalkan"
Konselor : "Orang itu ga menyebalkan sih, tapi...blablabla"

Nah jika seperti ini artinya konselor tidak berhasil untuk memantulkan perasaannya.

Seharunya, konselor seolah-olah merasakan hal yang sama dengan klien, agar klien bisa lebih mudah dan nyaman untuk menceritakan semua permasalahannya.

6. Parafrase
Teknik untuk menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan klien.

Contohnya : ya, benar/betul, dll.

Tidak perlu dijelaskan lagi, karena saya yakin kalian pasti sudah paham.

7. Structuring (Pembatasan)
Teknik untuk memberikan batas-batas atau pembatasan agar proses konseling (bimbingan) berjalan sesuai dengan tujuan.

Jadi, seorang konselor setelah mengetahui permasalan klien, harus sudah mengerti dan menyusun alur penyelesaian masalahnya, jika pembicaraan klien sudah ngelantur, maka konselor bisa mengarahkan topik pembicaraan agar sesuai dengan alur penyelesaian permasalahannya.

8. Lead (Pengarahan)
Untuk membantu melakukan teknik Pembatasan, kalian bisa menggunakan teknik ini.

Teknik Lead untuk mengarahkan pembicaraan klien dari suatu hal ke hal yang lain secara langsung.
-Sering pula disebut keterampilan bertanya.
-Tidak boleh terlalu banyak bertanya, karena akan terkesan mengintogerasi bukan membantu.
-Ada teknik bertanya terbuka dan tertutup.
-Pertanyaan yang bersifat terbuka akan lebih efektif.

9.Silence (Diam)
Teknik membuat suasana hening, tidak ada interaksi verbal dalam proses konseling.

Bisa digunakan setelah konselor memberikan pertanyaan, bertujuan untuk memberikan waktu berfikir bagi klien.

Saat klien nya diam, ada baiknya gunakan teknik ini, jangan sampai bilang "Ayo bicara, jangan diam saja."

Perlu diketahui : Misalnya ketika klien menangis, gunakan teknik ini, agar menangisnya segera berhenti. Karena jika misal dipuk-puk, tentu menangisnya akan lama karena klien nyaman dengan hal tersebut.

10. Reassurance (Penguatan / Dukungan)
Reassurance adalah teknik yang digunakan untuk memberikan dukungan atau penguatan terhadap pernyataan positif klien, agar ia menjadi lebih yakin dan percaya diri.

11. Rejection (Penolakan)
Teknik untuk melarang klien melakukan rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya atau orang lain.

Sebagai contoh semisal ada klien yang ingin bunuh diri, dsb.

Biasanya bisa diatasi dengan mengajak berkomunikasi terus hingga pikirannya tenang.

Bukan dengan cara menyatakan "Jangan, tidak boleh itu". Jangan menggunakan kata Jangan, Dilarang, Tidak boleh.

Tapi gunakan cara berkomunikasi yang membuat dia tidak jadi melakukan hal yang membahayakan tersebut.

12. Advice (Nasihat)
Teknik untuk memberikan nasihat atau saran bagi klien agar dia lebih jelas mengenai apa yang akan dikerjakan.
Catatan :
Hati-hati saat memberi nasihat, agar tidak dianggap menggurui atau sok tau.
Jika naishat salah, maka bisa membuat klien tidak pecaya dan tidak akan kembali berkonsultasi lagi.
Nasihat memang sangat baik, tapi harus diberikan dalam situasi yang tepat. Jadi, tidak setiap saat dan jangan terburu-buru untuk memberikan nasihat kepada klien.

Contohnya :
-Orang yang muntah di bus, akan menolak saat diberi sate, walaupun sate lebih enak dan lebih mahal daripada kresek. Nasihat memang baik, tapi jika yang dibutukan klien adalah pendengar yang baik, maka dengarkanlah dulu isi hatinya, jangan langsung diberikan nasihat.
-Ketika klien ingin mengungkapkan emosinya, jangan terlalu mudah atau langsung memberikan nasihat, bisa bisa klien marah.

13. Konfrontasi (Pertentangan)
Teknik ini menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau inkronguensi dalam diri klien.

Catatan :
-Memberi umpanbalik kepada klien.
-Kongruen = sama

Misal, ditanya kabar, lalu menjawab kabar baik, tapi ekspresinya tidak menunjukkan kabarnya buruk.

Jadi menurut saya, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan menggunakan kepekaan mereka terhadap kondisi klien, sehingga konselor harus bisa mudah untuk menebak apakah ada perbedaan antara apa yang diucapkan klien dan apa yang dirasakan klien.

14. Interpretasi (Penafsiran)
Teknik untuk membantu klien lebih memahami diri sendiri bilamana klien bersedia mempertimbangkan dengan pikiran terbuka.

Catatan :
Karena tingkah laku klien ditafsirkan atau diduga dan dimengerti -> dikomunikasikan pada klien.

Mengganti makan yang terdapat di belakang kata-kata klien atau dibelakang perbuatan atau tindakannya yang telah diceritakannya.

Jika kita melakukan teknik ini, dan konseling tidak empati, maka dia akan berfikir yang tidak baik.

15. Attending (Perhatian)
Teknik ini sangat perlu dikuasai, karena saat ada orang yang berbicara, tentu perlu diperhatikan.

Seperti halnya saat berbicara di depan umum, berbicara secara tatap muka / berhadapan, dan juga membalas chat whatsapp dengan cara slowresp.

Saat berbicara secara langsung tanpa melalui media perantara, yang diperhatikan : posisi badan, gerak isyarat, ekspresi wajah, kontak mata.

Teknik dasar ini untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif, sehingga klien bebas mengekspresikan / mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingka lakunya.

Teknik ini harus digunakan di dalam semua proses.

16. Termination (Pengakhiran)
Teknik untuk mengakhiri komunikasi berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul betul telah "berakhir".

Gaboleh misal : "wah aku udah ada kuliah nih, udah ya, kita kuliah dulu"

Sebaiknya : dengan memberikan tawaran untuk melanjutkan sesi konsultasi "Ini aku sudah ada jam kelas, kamu mau lanjut konsultasinya kapan".

17. Summary (Ringkasan / kesimpulan)
Diberikan di akhir sesi konseling. Teknik untuk menyimpulkan atau meringkas menganai apa yang telah dikemukakan klien pada proses komunikasi konseling.

Itulah temen-temen, apa saja teknik dasar dalam komunikasi konseling.

Memang hal ini perlu dikuasai oleh konselor.

Namun bagi kalian yang belum menjadi konselor, tenang saja, ilmu di atas bisa kalian terapkan ketika teman kalian sedang mengalami masalah dan benar-benar membutuhkan pendengar.

Bagiamana jika teman saya mengalami masalah, dan sebagai pendengar saya tidak mampu mengatasinya. Kalian bisa mengajak dia ke konselor sebaya ataupun konselor Ahli seperti guru atau dosen BK, misalnya.

Semoga bisa bermanfaat buat kalian semua. Silahkan share jika dirasa bermanfaat.

Pemateri : Dosen BK FIP UNESA, Ibu Retno Tri Hariastuti
Note : Materi di rangkum dengan sedikit tambahan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel