Mengatasi Terror Telemarketing Lembaga Bimbingan Belajar Bahasa Inggris
Halo semua, di tulisan ini saya akan mencoba untuk menceritakan kisah saya ketika berkali-kali mendapatkan telepon dari telemarketing lembaga bimbingan belajar bahasa Inggris.
Saya tidak akan menyebutkan nama lembaganya, saya yakin temen-temen pembaca yang pernah ngalamin pasti tau lembaga mana yang saya maksud.
Singkat cerita, ketika saya scroll-scroll Instagram, saya tidak sengaja menemukan iklan lembaga tersebut yang hendak memberikan les bahasa Inggris gratis.
Tentu saya tertarik karena setau saya lembaga ini memiliki reputasi yang baik.
Iklan yang mereka tampilkan di Instagram berupa link form yang bisa langsung di isi tanpa diarahkan ke browser.
Oke, alhasil saya mengisi form tersebut.
Tertulis kota dan tempat yang ingin dipilih pada form, yang membuat saya tertarik dan berfikir bahwa kegiatannya bakalan asik karena offline dan banyak orang.
Saya tidak terlalu menunggu konfirmasi dari lembaga tersebut, karena mendekati hari H dan sampai hari H pun saya masih kondisi ga enak badan.
Ketika H-1 saya dihubungi mereka, lalu mereka meminta saya untuk memilih jadwal, bebas semua saya.
Jujur karena lagi ga enak badan, saya sempat berfikir yaudahlah gausah dateng gapapa.
Dan mulai hilang harapan saya untuk mengikuti acara itu secara offline.
Namun di dalam telepon tersebut, pihak lembaga menyuruh saya agar meluangkan waktu satu hari, bisanya kapan.
Ketika saya tanyai terkait jadwal pelaksanannya hari apa saja, beliau bilang bahwa bebas sesuai keinginan saya.
Ketika saya tanyai apakah bisa saya mengkonfirmasi nanti dengan cara saya hubungi mereka.
Mereka menjawab bahwa tidak bisa karena nomor yang digunakan untuk menelpon saya tidak bisa dihubungi lagi setelannya.
Saya sedikit merasa ada yang ngganjal dan seperti ada sedikit paksaan ya.
Saya juga bingung karena teknik mereka untuk merayu customer sangatlah baik.
Alhasil saya memutuskan untuk menentukan tanggal tanpa ada rencana untuk merealisasikan agar telepon segera berakhir.
Lalu ketika saya tanyai terkait pelaksanaannya itu sendiri atau beramai-ramai.
Ternyata jawabannya adalah sendiri.
Ga bakal kebayang ketika saya mencoba untuk belajar bahasa Inggris malah disuruh berangkat sendiri.
Kalo misal ternyata di sana cuman cara mereka menjebak agar saya nanti berlangganan di lembaga tersebut, gimana?
Mereka memilih peserta sendiri mungkin dengan tujuan itu, agar peserta benar-benar terbujuk dan mau untuk mendaftar (ya mungkin karena sungkan akhirnya mau mendaftar).
Bayangin sendirian men, ya kalo bareng-bareng orang banyak gitu gass aja.
Semakin hilang niat saya untuk mengikuti program pelatihan satu hari berbahasa Inggris tsb.
Dan btw, ketika mereka menjelaskan terkait tempat pelaksanaannya, mereka juga menjelaskan bahwa akan ada pengenalan kelasnya (layanannya) itu seperti apa, akan ada tes sekali, dll.
Setelah telepon selesai, dan mendekati hari H, saya sudah tidak ada pikiran untuk ke sana dan bahkan sudah lupa.
Lalu saya hubungi melalui telepon berkali-kali.
Jujur risih, mengangkat telp tsb juga membuat saya merasa dikejar-kejar seakan harus mengikuti kegiatan tersebut.
Ada lebih dari satu nomor yang menghubungi saya, bahkan setelah saya blokir pun saya masih dihubungi dengan nomor lain.
Sempat juga saya matikan ketika saya angkat beberapa detik dan mereka memperkenalkan dari lembaga X.
Mungkin cara saya salah, dan saya masih di telpon kembali setelah kejadian itu.
Karena saya juga sudah menyadari bahwa jika saya menghindar, saya semakin dikejar, maka saya beranikan diri untuk mengangkat telepon semalam dari nomor tak dikenal, dan ternyata dari lembaga tersebut, saya kira dari ISP WiFi saya karena belum bayar tagihan.
Alhasil, saat itu juga saya memberanikan diri untuk bilang bahwa saya meng-cancel program tersebut.
Tanpa basa-basi lagi pihak lembaga menutup telepon dengan penutupa yang baik. (ga langsung ditutup gitu aja).
Mereka masih profesional.
Namun jujur kita sendiri juga bakal risih jika di telpon demikian.
Setelah saya telusuri, ternyata tidak hanya saya yang mengalami hal demikian.
Banyak juga yang diterror oleh lembaga tersebut karena mengisi form di Instagram Ads seperti yang saya lakukan.
Dari situlah saya baru tau ternyata yang menelpon saya adalah Telemarketing.
Dan fyi, yang menelpon saya tidak satu nomor, tidak satu orang. Tapi banyak sampe akhirnya ada yang saya blokir.
Buat temen-temen pembaca yang lagi di terror telemarketing untuk menggunakan suatu jasa atau membeli suatu produk, solusinya adalah jangan sungkan-sungkan untuk bilang tidak, atau batal.
Tapi tetap, gunakanlah bahasa dan nada yang sopan dan santun, agar tidak menyakiti hati penelpon.
Gitu-gitu mereka juga cari uang buat makan, kita tidak tau betapa susahnya menjadi seorang Telemarketing yang mungkin mereka mengejar target sehingga kita dihubungi terus-menerus, atau ada tekanan lain yang mereka hadapi.
Yang jelas, kita harus memahami orang lain, selalu berbuat baik, jangan menghindari masalah, dan jangan sungkan berkata tidak untuk menolak.
Ya, mungkin itu aja cerita saya tentang pengalaman diterror telemarketing.
Semoga kalian terhindar dari hal demikian dan jika sedang mengalami, gunakan pesan saya: jangan takut untuk menolak.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Semoga harimu menyenangkan!